Post Anyar

6/recent/ticker-posts

Yang Layu Justru Lebih Enak

Ubi Cilembu Semanis Madu

SAYURAN layu sudah tentu akan menjadi penghuni tempat sampah. Selain tak layak makan, kandungan gizinya pun tak lagi lengkap. Akan tetapi, hal itu tidak berlaku untuk ubi madu Cilembu. Orang justru menggemari ubi yang sudah layu dibandingkan dengan ubi yang baru saja dipanen. Pasalnya, yang sudah disimpan kandungan airnya akan berkurang. Karena kandungan airnya berkurang, menurut Fahmi (24), salah seorang penjual ubi madu di Jl Kelud Raya, yang tertinggal hanya madunya. "Namun menyimpannya harus di tempat yang kering. Kalau terkena air malah bisa busuk,'' kata dia.
Selain yang layu, ubi madu yang tumbuh selama musim kemarau juga akan memiliki rasa lebih manis. Saat kemarau, tanaman ubi tak banyak menyerap air sehingga madunya lebih banyak.
Meski bentuknya mirip ubi-ubi lainnya, bahan makanan itu memiliki keistimewaan. Rasa manisnya melebihi ubi biasa. Ubi jenis itu konon lebih enak bila dimasak dengan cara dioven. Jika direbus, rasa manis dari madu yang terkandung di dalamnya akan larut dalam air. Agar ubi yang dioven lebih empuk, perlu dipilih yang sudah layu.
"Ubi yang baru saja dipanen akan tetap keras meski sudah dioven. Sebab, getahnya masih banyak dan itu yang bikin keras.''
Keberadaan ubi madu, terutama yang layu, memang lebih diminati. Hal itu terbukti dari banyaknya pembeli. Meski memiliki banyak pesaing, laki-laki asal Boja itu bisa menjual 1.300 kg dalam seminggu. Dia mengaku kulakan langsung ke daerah asal ubi tersebut. "Kami kulakan ke Desa Cilembu, Sumedang, Jawa Barat,'' jelasnya.
Ubi tersebut dijualnya Rp 10.000 untuk yang mentah dan Rp 15.000 (sudah dioven).
Lebih Gempi
Seperti halnya Fahmi, Sutarmaji (41), penjual ubi madu di Jl Pandanaran, juga menjual dengan harga yang sama. Di gerobaknya yang mangkal di dekat Gereja Katedral Randusari itu terdapat dua oven.
Ubi yang sudah dioven, menurut dia, bisa tahan tiga hari. ''Akan lebih enak jika sebelum dimakan, disimpan terlebih dahulu dalam lemari es. Orang Jawa bilang lebih gempi,'' tuturnya dengan logat Jawanya yang kental. Dari segi rasa, memang tidak diragukan lagi. Demikian pula dari manfaatnya. Ubi itu, menurut pakar gizi RS St Elisabeth Florentinus Nurtitus SSiP, memiliki kandungan betakarotin yang cukup tinggi. Kandungan itu bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. "Selain itu, juga untuk kesehatan mata dan antioksidan,'' tuturnya.
Namun, lanjut dia, para penderita jantung dan gangguan pencernaan tidak boleh terlalu banyak makan ubi. Sebab, selain betakarotin, bahan makanan yang tergolong jenis ubi jalar itu kaya akan karbohidrat. Di dalam tubuh, karbohidrat akan memicu timbulnya gas pada sistem pencernaan. "Ini dapat membahayakan penderita.''
Sementara itu, rasa manis yang dimiliki ubi lembu tersebut tidak membahayakan penderita diabetes.

Sumber : Harian Suara Merdeka

Post a Comment

0 Comments