Surat Al-Fatihah merupakan surat yang turun di Mekkah. Oleh
karenanya, surat ini masuk kategori surat Makiyyah. Surat yang terdiri
dari 7 ayat ini disebut juga dengan nama Ummul Kitab.
Dalam keterangan lain; dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda,
“Alhamdu lillahi rabbil ‘alamina adalah Ummul Qur’an, Ummul Kitab, Sab’ul Masani dan Al-Qur’anul Azim,” (HR At-Tirmidzi)
Al-Fatihah juga dinamakan dengan sebutan Al-Hamdu. Surat ini juga
disebut dengan nama Ash-Shalat. Hal ini didasarkan pada hadits,
“Aku bagikan shalat antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian.
Apabila seorang hamba mengucapkan, “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin
(Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam), maka Allah berfirman,
“Hamba-Ku telah memuji-Ku” (Hadits)
Disebut Ash-Shalat, karena surat Al-Fatihah merupakan syarat di dalam shalat.
Surat Al-Fatihah dinamakan juga dengan syifa’, sebagaimana terdapat
di dalam riwayat Ad-Darimi dari Abu Sa’id ra, Rasulullah saw bersabda,
“Fatihatul Kitab (surat Al-Fatihah) merupakan obat penawar bagi segala
jenis racun.”
Nama lain dari surat Al-Fatihah adalah ruqyah, sebagaimana yang
disebutkan dalam hadits shahih. Yaitu ketika Abu Sa’id sedang mengobati
seorang laki-laki yang tersengat kalajengking. Ketika bertemu dengan
Rasulullah, beliau bersabda, “Siapakah yang memberi tahu kamu bahwa
surat Al-Fatihah itu adalah ruqyah.”
Masih banyak lagi nama-nama lain dari Surat Al-Fatihah. Ada yang
menamakan dengan Asasul Qur’an (fondasi Al-Qur’an), Al-Waqiyah dan
Al-Kafiyah. Selain itu, ada yang menamakannya dengan Al-Kanz.
Ada perbedaan pendapat tentang dimanakah turunnya surat Al-Fatihah.
Ibnu Abbas ra., Qatadah dan Abul Aliyah berpendapat bahwa surat ini
turun di Mekkah. Namun juga ada yang berpendapat bahwa surat Al-Fatihah
merupakan surat Madaniyah alias turun di Madinah. Pendapat ini dianut
merupakan pendapat Abu Hurairah ra, Mujahid, Ata Ibnu Yasar dan
Az-Zuhri. Ada lagi yang berpendapat bahwa Surat Al-Fatihah turun dua
kali. Pertama turun di Mekkah dan kedua turun di Madinah. Namun yang
terkuat dan mendekati kebenaran adalah pendapat yang pertama, yaitu
surat Al-Fatihah turun di Mekkah. Kesimpulan ini berdasarkan firman
Allah,
“Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang,” (QS Al-Hijr (15):87)
Surat Al-Fatihah merupakan surat yang turun di Mekkah. Oleh
karenanya, surat ini masuk kategori surat Makiyyah. Surat yang terdiri
dari 7 ayat ini disebut juga dengan nama Ummul Kitab.
Dalam keterangan lain; dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda,
“Alhamdu lillahi rabbil ‘alamina adalah Ummul Qur’an, Ummul Kitab,
Sab’ul Masani dan Al-Qur’anul Azim,” (HR At-Tirmidzi)
Arti Dan Makna Surat Al-fatihah
Arti Dan Makna Surat Al-fatihah
Ayat 1:basmalah Makna, Fadhilah Dan Khasiat Surat Al FatihahBismillaahirrohmaanirohiim
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”.
Ummu Salamah r.a. berkata, “Rasulullah saw. telah membaca
Bismillahirrahmanirrahim ketika membaca Fatihah dalam salat. (Hadis
da’if Riwayat Ibnu Khuzaimah).
Abu Hurairah r.a. ketika memberi contoh salat Nabi saw. membaca
keras-keras Bismillahirrahmanirrahim. (HR.
an-Nasa’i, Ibn Khuzaimah, Ibnu Hibban dan al-Hakim).
Imam Syafii dan al-Hakim meriwayatkan dari Anas r.a. bahwa Muawiyah
ketika sembahyang di Madinah sebagai imam, tidak membaca
Bismillahirrahmanirrahim, maka ditegur oleh sahabat Muhajirin yang
hadir, kemudian ketika sembahyang lagi ia membaca
Bismillahirrahmanirrahim.
Adapun dalam mazhab Imam Malik tidak membaca Basmalah berdasarkan hadis Aisyah r.a. yang berkata,
“Biasa Rasulullah saw. memulai salat dengan takbir dan bacaannya dengan Alhamdu lillahi rabbil alamin. (HR. Muslim).
Anas r.a. berkata, “Saya sembahyang di belakang Nabi saw., Abu Bakar,
Umar, Utsman dan mereka semuanya memulai bacaannya dengan Alhamdu
lillahi rabbil alamin”. (Bukhari, Muslim).
Dan sunat membaca Bismillahirrahmanirrahim pada setiap perkataan dan
perbuatan. karena sabda Nabi saw. yang berbunyi: “Tiap urusan
(perbuatan) yang tidak dimulai dengan Bismillahirrahmanirrahim maka
terputus berkatnya.”
Juga sunat membaca Basmalah ketika wudu, karena sabda Nabi saw.:
“Tiada sempurna wudu orang yang tidak membaca Bismillah”
Dan sunat juga dibaca ketika menyembelih (membantai) binatang, juga
sunat ketika makan, karena sabda Nabi saw. ke- ada Umar bin Abi Salamah
yang berbunyi,
“Bacalah Bismillah, dan makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari yang dekat-dekat kepadamu”(HR.Muslim).
Juga membaca Basmalah ketika akan jima’ (bersetubuh) sebagaimana riwayat Ibn Abbas r.a. Rasullah saw. bersabda:
“Jika salah satu dari kamu akan bersetubuh (jima’) dengan istrinya
membaca, “Dengan nama Allah, ya Allah jauhkan kami dari setan, dan
jauhkan setan dari rezeki yang Tuhan berikan kepada kami. Jika
ditakdirkan mendapat anak maka anak tersebtu tidak mudah diganggu oleh
setan untuk selamanya”. (HR. Bukhari, Muslim).
Bismillah ( Dengan nama ALLAH )
Dengan nama Allah. Susunan kalimat yang demikian ini dalam bahasa
Arab berarti ada susunan kata-kata yang mendahuluinya yaitu: Aku mulai
perbuatan ini dengan nama Allah, atau: Permulaan dalam perbuatanku ini
dengan nama Allah; untuk mendapat berkat dan pertolongan rahmat Allah
sehingga dapat selesai dengan sempurna dan baik. Juga untuk menyadari
kembali sebagai makhluk Allah, bahawa segalanya bergantung kepada rahmat
kurnia Allah. Hidup, mati dan daya upaya semata-semata terserah kepada
rahmat kurnia Allah Azza wa Jalla.
ALLAH
Nama Zat Allah Ta’ala. Nama Allah khusus bagi Allah, tidak dinamakan
pada zat yang lain selain Allah. Haram menamakan dengan nama Allah pada
zat yang lain selain Allah melainkan dengan menyandarkan sesuatu seperti
Abdullah (hamba Allah) atau Amatullah (hamba perempuan Allah).
Ar-Rahman Ar-Rahim (Yang Maha Murah Yang Maha Penyayang)
Ar-Rahman (Yang Pemurah) yakni yang penuh rahmatNya kepada semua
makhluk di dunia hingga di akhirat, kepada yang mukmin maupun yang
kafir. Adapun Ar-Rahim (Yang Penyayang) khusus rahimNya buat kaum mukmin
sahaja.
Firman Allah: “Arrahman alal arsyi istawa”, untuk menunjukkan bahwa
rahmat Allah meliputi (memenuhi) seiuruh Arsy. Dan firman Allah: “Wa
kaana bil mu’miniina rahiima” (Dan terhadap kaum mukminin sangat belas
kasih).
Nama Rahman ini juga khusus bagi Allah, tidak dapat dipakai oleh
lain-lainNya. Karena itu ketika Musailama al-Kadzdzab berani menamakan
dirinya Rahmanul Yamamah, maka Allah membuka kepalsuan dan kedustaannya,
sehingga dikenal di tengah-tengah masyarakat Musailamah al-Khadzdzab
bukan sahaja bagi penduduk kota bahkan orang-orang Baduwi juga
menyebutnya Musailamah al-Khadzdzab iaitu Musailamah Yang Pembohong.
Kesimpulan di dalam asma (nama-nama) Allah ada yang dapat dipakai
oleh lain-Nya dan ada juga yang tidak dapat dipakai oleh lain-Nya
seperti Allah, Ar-Rahman, Al-Khalik, Ar-Razak dan lain-lainnya. Dan yang
boleh seperti Ar-Rahim, As-Sami’, Al-Bashir seperti firman Allah,
“Faja’alnaahu samii’an bashiira” (Maka Kami jadikan manusia itu
mendengar lagi melihat).
Ayat 2:
hamdalah1 Makna, Fadhilah Dan Khasiat Surat Al FatihahAlhamdu lillaahi robbil ‘alamiin
“Segala puja dan puji bagi Allah, Tuhan yang memelihara alam semesta.”
Ibn Jarir berkata, “Alhamdu lillah, syukur yang ikhlas melulu kepada
Allah tidak kepada lain-lain-Nya daripada makhluk-Nya, syukur itu karena
nikmat-Nya yang diberikan kepada hamba dan makhluk-Nya yang tidak dapat
dihitung dan tidak terbatas, seperti alat anggota manusia untuk
menunaikan kewajiban taat kepada-Nya, di samping rezeki yang diberikan
kepada semua makhluk manusia, jin dan binatang dari berbagai
perlengkapan hidup, karena itulah maka pujian itu sejak awal hingga
akhirnya tetap pada Allah semata-mata.
Alhamdullilah
Puji-pujian ada empat :
1. Pujian Allah kepada Allah (Dzatnya sendiri)
2. Puji Allah kepada makhluk (ciptaanNya)
3. Puji makhluk kepada Allah
4. Puji makhluk kepada makhluk
2. Puji Allah kepada makhluk (ciptaanNya)
3. Puji makhluk kepada Allah
4. Puji makhluk kepada makhluk
Semua pujian ini hakikatnya kembali kepada Allah oleh sebab itu segala puji bagi Allah
Pujian Allah pada diri-Nya, yang mengandung tuntunan kepada hamba-Nya
supaya mereka memuji Allah seperti seakan-akan perintah Allah, “Bacalah
olehmu Alhamdulillah”.
Alhamd pujian dengan lidah terhadap sifat-sifat pribadi, maupun sifat
yang menjalar kepada orang lain, sebaliknya syukur itu pujian terhadap
sifat yang menjalar, tetapi syukur dapat dilaksanakan dengan hati, lidah
dan anggota badan. Alhamd berarti memuji sifat keberanian,
kecerdasan-Nya atau karena pemberian-Nya. Syukur khusus untuk
pemberian-Nya. Alhamd (puji) lawan kata Adzzam (cela).
Ibn Abbas r.a. berkata, Umar r.a. berkata kepada sahabat- sahabat,
“Kami telah mengerti dan mengetahui kalimat Subanallah, laa ilaha
illallah dan Allahu Akbar, maka apakah Alhamdu Lillahi itu?” Jawab Ali
r.a., “Suatu yang dipilih oleh Allah untuk memuji Zat-Nya”.
Ibn Abbas berkata, ‘Alhamdu Lillah kalimat syukur, maka jika seorang
membaca Alhamdu Lillah, Allah menjawab, “HambaKu telah syukur pada-Ku”.
Jabir bin Abdullah r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda:
Seutama-utamanya zikir ialah “La ilaha illallah”, dan seutama-utamanya
doa ialah “Alhamdu Lillah”. (HR. at-Tirmidzi, hadis Hasan Gharib).
Anas. bin Malik r.a. berkata, Nabi saw. bersabda: Tiadalah Allah
memberi nikmat kepada seorang hamba- Nya, kemudian hamba itu mengucap
“Alhamdulillah”, melainkan apa yang diberi itu lebih utama (afdhal) dari
yang ia terima. Maksudnya ucapan “Alhamdulillah” lebih besar nilainya
dari nikmat dunia itu). (HR. Ibnu Majah).
Anas r.a. juga meriwayatkan Nabi saw. bersabda, “Andaikan dunia
sepenuhnya ini di tangan seorang dari umatku kemudian ia membaca
‘Alhamdulillah’ maka pasti kalimat Alhamdulillah lebih besar dari dunia
yang di tangannya itu”. Awalan ‘Al’ dalam kalimat Al-hamdu berarti
segala jenis puja dan puji bagi Allah. Sebagaimana tersebut dalam hadis
“Allahumma lakal hamdu kulluhu walakal mulku kulluhu wa biyadikal khair
kullihi wa ilaika yar ji’ul amru kulluhu” (Ya Allah bagi-Mu
segala puji semuanya, dan bagi-Mu kerajaan semuanya dan di tangan-Mu
kebaikan semuanya, dan kepada-Mu kembali segala urusan semuanya).
Rabb
Berarti pemilik yang berhak penuh, juga berarti majikan, juga yang
memelihara serta menjamin kebaikan dan perbaikan, dan semua makhluk alam
semesta.
Alamin
Alam ialah segala sesuatu selain Allah. Maka Allah; Rabb dari semua
alam itu sebagai pencipta, yang memelihara, memperbaiki dan menjamin.
Sebagaimana tersebut dalam surat asy- Syu’araa 23-24.
Fir’aun bertanya, “Apakah rabbul alamin itu?”
Jawab Musa, “Tuhan Pencipta, Pemelihara penjamin langit dan bumi dan
apa saja yang di antara keduanya, jika kalian mahu percaya dan yakin.”
Alam itu juga pecahan dari alamat (tanda) sebab alam ini semua
menunjukkan dan membuktikan kepada orang yang memperhatikannya sebagai
tanda adanya Allah Tuhan yang menjadikannya.
Ayat 3:
arohman Makna, Fadhilah Dan Khasiat Surat Al Fatihah Arrohmaanirrohiim
“Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang.”
Ar-Rahman; yang memberi nikmat yang sebesar-besarnya seperti nikmat makan, minum, harta benda dan lain-lain.
Ar-Rahim; yang memberi nikmat yang halus sehingga tidak terasa,
seperti nikmat iman dan islam. Jika anda akan menghitung nikmat kurnia
Allah maka takkan dapat menghitungnya.
Ayat 4:
maliki Makna, Fadhilah Dan Khasiat Surat Al Fatihah
Malikiyaumiddiin atau maaliki yaumiddiin
“Raja yang menguasai hari pembalasan”
Maliki
Dapat dibaca: Maliki (Raja), dan Maaliki (Pemilik – Yang Memiliki).
Maaliki sesuai dengan ayat: “Sesungguhnya Kami yang mewarisi bumi dan
semua yang di atasnya, dan kepada Kami mereka akan kembali.” (Maryam
40).
Maliki sesuai dengan ayat: Katakanlah, “Aku berlindung dengan Tuhannya manusia. Rajanya manusia”. (an-Naas 1-2)
“Bagi siapakah kerajaan pada hari ini (hari kiamat)? Bagi Allah Yang Esa yang memaksa (perkasa).” (al-Mu’min = Ghafir 16).
Kerajaan yang sesungguhnya pada hari itu hanya bagi Ar: Rahman. (al-Furqan 26).
Ad-Din (Pembalasan dan Perhitungan).
Sesuai dengan ayat: “Apakah kami akan dibalas (diperhitungkan)”. (as-Shafaat 53).
Umar r.a. berkata, “Adakan perhitungan bagi (hitunglah) dirimu
sebelum kamu dihisab (diperhitungkan) dan pertimbangkan untuk dirimu
sebelum kamu ditimbang, dan siap-siaplah untuk menghadapi perhitungan
yang besar, menghadap kepada Tuhan yang tidak tersembunyi pada-Nya
sedikit pun dari amal perbuatanmu. Pada hari kiamat kelak kalian akan
dihadapkan kepada Tuhan dan tidak tersembunyi pada-Nya suatu apa pun.”
Ayat 5:
iyaka Makna, Fadhilah Dan Khasiat Surat Al Fatihah
“Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin.”
“Hanya kepadaMu (Allah) kami mengabdi (menyembah) dan hanya kepada-Mu pula kami minta pertolongan.”
Adh-Dhahaak dari Ibn Abbas berkata, “Iyyaka na’budu bermaksud
Kepada-Mu kami menyembah mengesakan dan takut dan berharap, wahai Tuhan
tidak ada lain-Mu”. Dan Iyyaka nasta’in bermaksud “Kami minta tolong
kepada-Mu untuk menjalankan taat dan untuk mencapai semua hajat
kepentinganku”
Qatadah berkata : Dalam Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in, Allah
menyuruh supaya tulus ikhlas dalam melakukan ibadat kepada Allah dan
supaya benar-benar mengharap bantuan pertolongan Allah dalam segala
urusan.”
Dalam kalimat ini didahulukan kata iyyaka (Hanya kepadaMu) kemudian
na’budu (kami menyembah) terdapat penekanan makna kekhususan jika
dibandingkan dengan kebalikannya na’budu iyyaka.
Kemudian kata na’budu lebih dulu dari kata nasta’in, mengandung makna
sudah selayaknya kita mendahulukan peribadahan kepada Allah dari pada
memohon pertolongan dariNya. Sebab tidak sopan dan kurang tata krama
seorang hamba meminta gaji atau bayaran atau pertolongan kepada
majikannya sebelum dia melakukan perintah majikan tersebut. Hal ini
hendaknya dipahami oleh manusia yang mengaku sebagai hamba Allah.
Kerjakan dulu perintah Big Boss baru kemudian minta bayaran atau kalau
sabar tunggu saja pasti Big Boss akan memberi bayaran tanpa harus
diminta.
Ayat 6:
ihdina Makna, Fadhilah Dan Khasiat Surat Al FatihahIhdinashshiroothol mustaqim
“Tunjukilah kami jalan yang lurus”
Shiraathal mustaqiim, jalan yang lurus yang tidak berliku-liku.
Shiraatal mustaqiim, ialah mengikuti tuntunan Allah dan Rasulullah saw.
Juga berarti Kitab Allah, sebagaimana riwayat dari Ali r.a. yang
mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda,”Asshiratul mustaqiim
kitabullah’.
Juga berarti Islam, sebagai agama Allah yang tidak akan diterima lainnya.
An Nawas bin Sam’aan r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Allah mengadakan contoh perumpamaan suatu jalan (shirrat) yang
lurus, sedang di kanan-kiri jalan ada dinding dan di pagar ada
pintu-pintu terbuka, pada tiap pintu ada tabir yang menutupi pintu, dan
di muka jalan ada suara berseru, “Hai manusia masuklah ke jalan ini,
dan jangan berbelok dan di atas jalanan ada seruan, maka bila ada orang
yang akan membuka pintu diperingatkan, ‘Celaka anda, jangan membuka,
sungguh jika anda membuka pasti akan masuk’. Shiraat itu ialah
Islam, dan pagar itu batas-batas hukum Allah dan pintu yang terbuka
ialah yang diharamkan Allah- sedang seruan di muka jalan itu ialah kitab
Allah, dan seruan diatas shirat ialah seruan nasihat dalam hati tiap
orang muslim. (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasa’i).
Tujuan ayat ini minta taufik hidayah semoga tetap mengikuti apa yang
diridhai Allah, sebab siapa yang mendapat taufik hidayat untuk apa yang
diridai Allah maka ia termasuk golongan mereka yang mendapa nikmat dari
Allah dari golongan Nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin. Dan siapa
yang mendapat taufik hidayah sedemikian itu berarti ia benar-benar
seorang muslim yang berpegang pada kitab Allah dan sunnaturrasul,
menjalankan semua perintah dan meninggalkan semua larangan syareat
agama.
Jika ditanya, “Mengapakah seorang mukmin harus minta hidayah, padahal ia shalat itu berarti hidayah?”
Jawabnya, “Seorang memerlukan hidayah itu pada setiap saat dan dalam segala hal keadaan kepada Allah supaya tetap terus terpimpin oleh hidayah Tuhan itu, karena itulah Allah menunjukkan jalan kepadanya supaya minta kepada Allah untuk mendapat hidayah, taufik dan pimpinan-Nya. Maka seorang yang bahagia hanyalah orang yang selalu mendapat taufik hidayah Allah.
Jawabnya, “Seorang memerlukan hidayah itu pada setiap saat dan dalam segala hal keadaan kepada Allah supaya tetap terus terpimpin oleh hidayah Tuhan itu, karena itulah Allah menunjukkan jalan kepadanya supaya minta kepada Allah untuk mendapat hidayah, taufik dan pimpinan-Nya. Maka seorang yang bahagia hanyalah orang yang selalu mendapat taufik hidayah Allah.
Sebagaimana firman Allah dalam ayat 136, surat an-Nisa: “Hal orang
beriman percayalah kepada Allah dan Rasulullah” (an-Nisa 136).
Dalam ayat ini orang mukmin disuruh beriman, yang maksudnya supaya
terus tetap imannya dan melakukan semua perintah dan menjauhi larangan,
jangan berhenti di tengah jalan, yakni istiqamah hingga mati.
Ayat 7:
SIROTOL Makna, Fadhilah Dan Khasiat Surat Al Fatihah
Shiraathalladzina an’amta alaihim ghairil maghdhubi ‘alaihim waladh dhaallin
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat
kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)
mereka yang sesat”
Inilah maksud jalan yang lurus itu, yaitu jalan yang dahulu sudah
pernah ditempuh oleh orang-orang yang mendapat rida dan nikmat Allah
ialah mereka yang tersebut dalam ayat 69 an-Nisa:
“Dan siapa yang taat kepada Allah dan Rasulullah maka mereka akan
bersama orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah dari para Nabi,
shiddiqin, syuhada dan shalihin, dan merekalah sebaik-baik kawan.”
(an-Nisa 69)
Dilanjutkan oleh Allah dengan ayat:
“Dzalikal fadh lu minallahi wakafa billahi aliimaa” (Itulah kurnia Allah dan cukup Allah yang Maha Mengetahui.)
Ibnu Abbas berkata, “Jalan orang-orang yang diberi nikmat oleh Tuhan
kepada mereka sehingga dapat menjalankan taat ibadat serta istiqamah
seperti Malaikat, Nabi-nabi, Shiddiqin, syuhada dan shalihin.
Bukan jalan orang-orang dimurkai atas mereka, yaitu mereka yang telah
mengetahui kebenaran hak tetapi tidak melaksanakannya seperti
orang-orang Yahudi, mereka telah mengetahui kitab Allah, tetapi tidak
melaksanakannya, juga bukan jalan orang-orang yang sesat karena mereka
tidak mengetahui.
Ady bin Hatim r.a. bertanya kepada Nabi saw., “Siapakah yang dimurkai
Allah itu?” Jawab Nabi saw., “Alyahud (Yahudi)”. “Dan siapakah yang
sesat itu?” Jawab Nabi saw. “An-Nashara (Kristen/Nasrani)”.
Orang Yahudi disebut dalam ayat “Man la’anahullahu wa ghadhiba
alaihi”(Orang yang dikutuk (dilaknat) oleh Allah dan dimurkai, sehingga
dijadikan di antara mereka kera dan babi).
Orang Nashara disebut dalam ayat “Qad dhallu min qablu, wa adhallu
katsiera wa dhallu an sawaa issabiil” (Mereka yang telah sesat sejak
dahulu, dan menyesatkan orang banyak, dan tersesat dari jalan yang
benar.)
Kesimpulan :
Surat ini hanya tujuh ayat, mengandung pujian dan syukur kepada Allah
dengan menyebut nama Allah dan sifat-sifat-Nya yang mulia, lalu
menyebut hal Hari Kemudian, pembalasan dan tuntutan, kemudian
menganjurkan kepada hamba supaya meminta kepada Allah dan merendah diri
pada Allah, serta lepas bebas dari daya kekuatan diri menuju kepada
tulus ikhlas dalam melakukan ibadat dan tauhid pada Allah, kemudian
menganjurkan kepada hamba sahaya selalu minta hidayah taufik dan
pimpinan Allah untuk dapat mengikuti shirat mustaqiim supaya dapat
tergolong dari golongan hamba-hamba Allah yang telah mendapat nikmat
dari golongan Nabi, Siddiqin, Syuhada dan Shalihin. Juga mengandung
anjuran supaya berlaku baik mengerjakan amal saleh jangan sampai
tergolong orang yang dimurkai atau tersesat dari jalan Allah.
0 Comments
Terima Kasih telah berkunjung di blog pribadi saya.
EmojiOrder Ubi Cilembu
Call/SMS/WA. 082319517777