Buah kurma dianjurkan untuk menu buka puasa sehat |
Jika anda berpemahaman bahwa berbuka puasa dengan yang manis itu adalah anjuran Rasulullah, perlu kiranya untuk meninjaunya kembali. Apakah menu buka puasa yang dianjurkan memang yang manis ataukah bukan?
Televisi, dan akhirnya banyak orang yang terpengaruh, mempengaruhi pemahaman kita dalam memilih menu takjil atau berbuka yang manis. Mungkin hal ini menjadi satu poin yang ditangkap bahwa berbuka puasa dengan buah kurma itu menyehatkan. Karena buah kurma itu manis, maka hal itu berarti kita butuh pengganti kurma yang rasanya juga manis.
Padahal, jika kita mengikuti tuntunan/sunnah rasulullah, jika tidak ada kurma maka kita bisa memilih air saja. Atau boleh juga dengan makanan yang tidak dimasak dengan api, dalam hal ini adalah aneka buah-buahan yang bermanfaat untuk buka puasa, atau ala kadarnya saja.
Penting untuk memperbaiki pemahaman kita akan “berbuka puasa dengan yang manis”, karena menu buka puasa yang manis belum tentu memberikan manfaat sehat pada tubuh setelah berpuasa seharian. Padahal anjuran rasulullah untuk berbuka puasa dengan buah kurma atau air saja bertujuan untuk menyehatkan tubuh kita setelah berpuasa.
Dalil mengenai Buka puasa
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya berbuka dengan rothb (kurma basah) sebelum menunaikan shalat. Jika tidak ada rothb, maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering). Dan jika tidak ada yang demikian beliau berbuka dengan seteguk air.”(HR. Abu Daud no. 2356 dan Ahmad 3/164, hasan shahih)
"Apabila seseorang diantara kalian berbuka, maka hendaklah ia berbuka dengan korma. Jika ia tidak memperoleh korma, hendaklah ia berbuka dengan air, karena air itu bersih dan membersihkan".
(HR Abu Dawud dan At-Tirmidsi dari Sulaian bin ‘Amir)
"Adalah Rasullulah SAW suka berbuka dengan tiga biji korma atau sesuatu yang tidak dimasak dengan api".(HR. Abu Ya’la dari Anas)
Berbuka puasa dengan yang manis, tidak sehat?
Berhati-hati konsumsi gula berlebihan. |
Mari kita tinjau aspek kesehatan dari buka puasa dengan yang manis
(selain sumber gula atau rasa manis dari buah). Rasa manis bisa
ditimbulkan oleh gula dan pemanis buatan. Rasa manis yang terasa di
lidah, pada umumnya berasal dari makanan yang mengandung karbohidrat
berupa gula sederhana dan pemanis buatan. Gula sederhana dapat berupa
disakarida dan monosakarida. Gula disakarida seperti sukrosa yang
sehari-hari kita sebut sebagai gula pasir. Banyak jenis gula
monosakarida yang terdapat di alam, namun yang banyak dikonsumsi adalah
glukosa dan fruktosa. Fruktosa dan glukosa karena mudah diabsorpsi maka
sangat penting untuk mengembalikan kecukupan energi dalam tubuh dalam
waktu sangat singkat, sehingga keduanya perlu ada dalam menu saat
berbuka.
disaat berbuka, makanan manis yang dikonsumsi masih dalam skala yang kecil mungkin tidak akan bermasalah. Namun bila dalam jumlah yang cukup banyak, ditambah lagi konsumsi karbohidrat seperti nasi, roti, dan lainnya dalam jumlah berlebih, maka akan menimbulkan kegemukan, hal tersebut disebabkan karena semua gula akhirnya diubah tubuh menjadi lemak. Apalagi bila tidur setelah sahur, atau ‘balas dendam’ saat berbuka sehingga tubuh kelelahan, maka semua gula tidak diubah menjadi energi tapi malah diubah menjadi lemak.
Apa yang disebutkan di atas, secara umum adalah kebiasaan tidak sehat orang indonesia saat puasa. Jangan heran jika orang yang akhirnya jadi lebih gemuk di bulan puasa! Di saat sahur, kita makan terlalu banyak karena takut lapar, sehingga tubuh kita kelelahan dan mengantuk, sementara pada saat berbuka puasa, kita “membalas dendam” dan akhirnya kekenyangan dan tubuh kembali kelelahan, akibatnya kekurangan gerak tubuh (dan tentu saja ibadah tidak maksimal).
Padahal, saat kita aktif dan bergerak maka gula yang tinggi dalam darah akan diubah menjadi energi. Bila tubuh gagal mengubah gula menjadi lemak dan atau energi maka kadar gula darah akan tinggi, inilah yang disebut sakit gula atau diabetes.
Lebih lanjut, bagaimana jika kita berbuka puasa dengan makanan dan minuman yang mengandung pemanis buatan? Hal ini dinilai lebih tidak sehat lagi.
Pada saat menjelang waktu berbuka, tubuh dalam keadaan lemas dikarenakan kadar gula darah yg rendah dan kekurangan cairan bahkan mineral. Dalam makanan yang mengandung pemanis buatan, umumnya sangat rendah kalori atau bahkan tidak ada sama sekali. Sementara tubuh sangat membutuhkan asupan energi dan air segera. Oleh karena itu, saat berbuka puasa dengan makanan atau minuman yang mengandung pemanis buatan, hal itu sama saja dengan menipu tubuh kita sendiri. Di samping tidak atau sangat kurang mengandung gula yang sangat dibutuhkan, ia juga tidak mengandung vitamin dan mineral yang dibutuhkan. Perlu diingat bahwa, mengkonsumsi pemanis buatan dalam jumlah cukup banyak dan jangka panjang, dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan.
Efek apa saja? Beberapa pemanis buatan dapat mencetus kanker, mengakibatkan keterbelakangan mental, dan gangguan darah serta berbagai efek negatif lainnya. Untuk mengetahui produk minuman atau makanan yang mengandung pemanis buatan, kita dapat memeriksanya secara sederhana. Biasanya mengandung zat peningkat cita rasa, pengawet dan berbagai bahan kimia lainnya yang tidak diperlukan tubuh.
Jadi berhati-hatilah dalam mengkonsumsi makanan atau minuman manis, apalagi produk-produk yang mengandung pemanis buatan. Sebaiknya konsumsi makanan sehat yang bersumber dari bahan alami.
disaat berbuka, makanan manis yang dikonsumsi masih dalam skala yang kecil mungkin tidak akan bermasalah. Namun bila dalam jumlah yang cukup banyak, ditambah lagi konsumsi karbohidrat seperti nasi, roti, dan lainnya dalam jumlah berlebih, maka akan menimbulkan kegemukan, hal tersebut disebabkan karena semua gula akhirnya diubah tubuh menjadi lemak. Apalagi bila tidur setelah sahur, atau ‘balas dendam’ saat berbuka sehingga tubuh kelelahan, maka semua gula tidak diubah menjadi energi tapi malah diubah menjadi lemak.
Apa yang disebutkan di atas, secara umum adalah kebiasaan tidak sehat orang indonesia saat puasa. Jangan heran jika orang yang akhirnya jadi lebih gemuk di bulan puasa! Di saat sahur, kita makan terlalu banyak karena takut lapar, sehingga tubuh kita kelelahan dan mengantuk, sementara pada saat berbuka puasa, kita “membalas dendam” dan akhirnya kekenyangan dan tubuh kembali kelelahan, akibatnya kekurangan gerak tubuh (dan tentu saja ibadah tidak maksimal).
Padahal, saat kita aktif dan bergerak maka gula yang tinggi dalam darah akan diubah menjadi energi. Bila tubuh gagal mengubah gula menjadi lemak dan atau energi maka kadar gula darah akan tinggi, inilah yang disebut sakit gula atau diabetes.
Lebih lanjut, bagaimana jika kita berbuka puasa dengan makanan dan minuman yang mengandung pemanis buatan? Hal ini dinilai lebih tidak sehat lagi.
Pada saat menjelang waktu berbuka, tubuh dalam keadaan lemas dikarenakan kadar gula darah yg rendah dan kekurangan cairan bahkan mineral. Dalam makanan yang mengandung pemanis buatan, umumnya sangat rendah kalori atau bahkan tidak ada sama sekali. Sementara tubuh sangat membutuhkan asupan energi dan air segera. Oleh karena itu, saat berbuka puasa dengan makanan atau minuman yang mengandung pemanis buatan, hal itu sama saja dengan menipu tubuh kita sendiri. Di samping tidak atau sangat kurang mengandung gula yang sangat dibutuhkan, ia juga tidak mengandung vitamin dan mineral yang dibutuhkan. Perlu diingat bahwa, mengkonsumsi pemanis buatan dalam jumlah cukup banyak dan jangka panjang, dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan.
Efek apa saja? Beberapa pemanis buatan dapat mencetus kanker, mengakibatkan keterbelakangan mental, dan gangguan darah serta berbagai efek negatif lainnya. Untuk mengetahui produk minuman atau makanan yang mengandung pemanis buatan, kita dapat memeriksanya secara sederhana. Biasanya mengandung zat peningkat cita rasa, pengawet dan berbagai bahan kimia lainnya yang tidak diperlukan tubuh.
Jadi berhati-hatilah dalam mengkonsumsi makanan atau minuman manis, apalagi produk-produk yang mengandung pemanis buatan. Sebaiknya konsumsi makanan sehat yang bersumber dari bahan alami.
Pilih kurma segar atau kurma kering. Jika tidak ada pilihlah air putih saat berbuka puasa, atau diganti dengan buah yang bermanfaat lainnya. |
Kurma seperti apa yang sehat
Sebelumnya, kita perlu benar-benar mengetahui bahwa kurma atau korma adalah tanaman sejenis palma. Buah kurma segar sebenarnya memiliki rasa yang tidak terlalu manis. Kurma segar merupakan buah yang bernutrisi tinggi tetapi berkalori sedang. Kurma segar mengandung gula komplek dan gula sederhana. Gula sederhana yang terkandung dalam buah kurma terdiri dari sukrosa (sama seperti gula pasir) dan monosakarida glukosa dan fruktosa.
Gula sederhana dari kelompok monosakarida seperti fruktosa dan glukosa merupakan molekul kecil yang dapat dengan mudah dan cepat diserap di dinding usus kemudian masuk ke dalam darah.
Sedangkan gula sukrosa merupakan disakarida perlu dipecah dulu menjadi monosakarida dan lebih lama diserap. Gula komplek akan lebih lama lagi baru diserap, karena dipecah dahulu dalam beberapa tahap. Gabungan ketiganya ini akan memberikan penyediaan gula untuk energi secara cepat, bertahap dan bertahan lebih lama. Lalu bagaimana jika buah kurma diproses menjadi manisan kurma? Manisan kurma mengandung gula yang sengaja ditambahkan ke dalam kurma dalam jumlah sangat tinggi.
Kurma segar juga mengandung garam mineral seperti kalium, di samping itu terdapat juga serat dan vitamin C yang cukup tinggi.
Nah, Kadar vitamin C ini akan jauh berkurang atau akan habis sama sekali saat kurma dikeringkan. Sebaliknya kandungan gula pada kurma yang dikeringkan akan jauh meningkat karena kandungan airnya banyak berkurang, akibatnya kurma akan terasa lebih manis. Tidak hanya sampai disitu, gula yang terkandung pada kurma akan sangat tinggi ketika kurma diolah menjadi manisan kurma seperti yang banyak ditemukan di Indonesia.
Penambahan gula dengan kadar yang sangat tinggi ini dimaksudkan sebagai pengawet, sehingga manisan kurma dapat disimpan lama dan diekspor ke negeri yang jauh, termasuk ke Indonesia. Sama seperti kurma kering, manisan kurma hampir tidak mengandung vitamin C sama sekali. Jika mau mengikuti sunnah Rasulullah, upayakan untuk mendapatkan kurma segar, tidak dikeringkan dan tidak ditambah gula.
Kembali menilik sunnah nabi Muhammad SAW dalam memilih menu berbuka puasa, dimana ia berbuka puasa dengan rothb (kurma basah) sebelum menunaikan shalat. Jika tidak ada rothb, maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering), dan jika tidak ada yang demikian, beliau berbuka dengan air. Maka berarti, kondisi buah kurma yang dimakan saat berbuka pun perlu diperhatikan, apakah segar (rothb atau kurma basah) ataukah kurma kering (tamr).
Pertanyaannya, mengapa dibedakan seperti itu? Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya bahwa kurma segar mengandung vitamin C yang cukup tinggi dan gula baik gula komplek atau karbohidrat maupun gula sederhana yang cukup. Vitamin C sangat penting untuk ketahanan tubuh (sistem imun).
Sementara itu, pada kurma kering, vitaminJumlah gula dalam kurma kering akan lebih tinggi per satuan bobotnya. Apalagi manisan kurma, kandungan gulanya akan sangat tinggi, sehingga bila dikonsumsi dalam jumlah berlebih mungkin tidak baik untuk kesehatan. Kenapa harus kurma? Apakah tidak boleh buah lain? Kurma segar memang buah-buahan yang cukup manis, sehingga hampir tidak bermasalah bagi sebagian besar orang.
Dari penjelasan sederhana di atas, semoga kita dapat memahami bahwa sangat tepat anjuran Nabi Muhammad SAW untuk berbuka puasa dengan buah kurma segar (rothb) atau kurma kering. Jika tidak ada, cukuplah dengan air putih saja. Di Indonesia kita tentu sulit mendapatkan kurma segar, namun tak ada salahnya mengkonsumsi buah lain sebagai alternatif (Baca juga: Buah-buahan paling bermanfaat disaat Buka puasa). Asalkan saja buah-buahan tersebut memang baik dikonsumsi saat berbuka. Jangan lupa untuk menghindari berbagai produk kimiawi pada makanan saat kita berbuka puasa.
Disadur lengkap dari : http://www.makanansehat.web.id/2013/07/hati-hati-berbuka-puasa-dengan-yang-manis.html
0 Comments
Terima Kasih telah berkunjung di blog pribadi saya.
EmojiOrder Ubi Cilembu
Call/SMS/WA. 082319517777