TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Terletak di ujung Jalan
Sungai Kapuas, Pasar Kliwon, lokasi SMPN 11 Solo, Jawa Tengah, boleh
dibilang jauh dari hiruk-pikuk kehidupan kota. Tapi siapa sangka nama
SMPN 11 mendadak ramai dibicarakan.
Sekolah yang mendapat predikat
sekolah "plus" lantaran hampir 80 persen siswanya berasal dari keluarga
tidak mampu itu kini jadi buah bibir berkat prestasi Mulyati (43), sang
kepala sekolah.
Mulyati meraih predikat sebagai Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat Nasional 2014 setelah menyisihkan puluhan perwakilan kepala sekolah dari seluruh Indonesia, beberapa hari lalu di Jakarta.
Perempuan
yang memulai karir sebagai guru di SMPN 7 Wonogiri ini mengaku tak
menyangka bisa memenangkan penghargaan bergengsi. "Ini tentu luar biasa
bagi kami yang berasal dari sekolah biasa.
Kami bisa bersaing dengan sekolah-sekolah bekas rintisan RSBI atau sekolah berlabel internasional," ujarnya saat ditemui Tribun Jateng (Tribunnewsw.com Network) di ruang kerjanya, Senin (25/8/2014).
Mulyati
menceritakan perjalanan karirnya dimulai sebagai guru biasa. Setelah
sempat mengajar di Wonogiri, ibu dari Aulia Fitriana dan M Lukman
Medinova ini kemudian pindah ke Solo. Di Kota Bengawan ini, Mulyati
mengajar di SMPN 25 Solo.
Selama di SMPN 25 Mulyati mulai aktif
dalam berbagai lomba mata pelajaran dan kreativitas. Berkat keuletannya
ia berhasil menyabet penghargaan guru terpuji se-Jateng pada 2011 lalu.
"Dari sejumlah prestasi yang saya dapat itu kemudian diapresiasi oleh Dinas Dikpora Solo untuk mengikuti seleksi kepala sekolah
melalui diklat calon kepala sekolah. Sebetulnya saya sempat enggan
ikut, tapi lantaran sudah ditunjuk ya sudah dijalani," ujarnya.
Setelah menjalani tiga bulan diklat, pada 2012 Mulyati ditugaskan sebagai kepala sekolah
di SMPN 11 Solo. Sejak itulah Mulyati mulai melakukan sejumlah
terobosan. Sekolah yang sebelumnya identik dengan sekolah anak miskin
dan nakal mulai berbenah.
Mulyati pun meraih prestasi membanggakan sebagai juara kedua Kepala Sekolah Berprestasi Kota Solo
dua kali berturut-turut pada 2012 dan 2013. "Pada 2014 saya dapat juara
satu Kepala Sekolah Berprestasi. Dari situ kemudian diikutsertakan ke
tingkat provinsi. Dari 30 perwakilan saya lolos ke tingkat nasional,"
terangnya.
Mulyati menyiapkan banyak hal sebelum berangkat ke
Jakarta, hingga ia pernah tidur di kantor. Ia menyiapkan setidaknya 99
dokumen dan harus dibawa menggunakan tiga troli saat di Jakarta.
"Untuk persiapan itu saya sampai dua hari tidur di kantor, tidak
pulang. Saya masih ingat hari itu saat pemilu dan saat puasa. Saya
bener-bener ngga pulang, mempersiapkan semua berkas bahkan sahur saja
cuma minum air mineral," ungkapnya.
Ada sejumlah tes yang harus dijalani dalam kompetisi kepala sekolah
berprestasi, di antaranya tes portofolio, tes tertulis, psikotes,
wawancara dan pantauan terakhir. Adapun indikator penilaian yakni
kinerja si kepala sekolah sebagai pribadi serta perkembangan sekolah yang dipimpinnya dalam lima lima tahun terakhir.
Istri
Rakhman Budyono tersebut mengaku kunci kemenangannya yakni cara
mengemas sekolah menjadi lebih baik. Cara ini terinspirasi dari pakar
marketing Hermawan Kertajaya.
Menurutnya untuk menarik konsumen perlu salah satunya langkah memoles produk kita dengan cara yang menarik.
"Ini yang saya praktikan. Agar SMPN 11 punya image baik, saya ikutkan
berbagai lomba apapun yang digelar di Kota Solo. Para siswa saya ajak
untuk berkontribusi dalam kegiatan sosial, di CFD (Car Free Day) dan di
panti asuhan," ungkapnya.
Perempuan yang aktif di media sosial dan
gemar menulis di blog tersebut berharap prestasi yang diraihnya
menjadikan ia lebih bermanfaat bagi orang banyak "Saya harap prestasi
ini bisa jadi inspirasi bagi semua guru dan kepala sekolah di Indonesia," tandasnya. (galih priatmojo)
0 Comments
Terima Kasih telah berkunjung di blog pribadi saya.
EmojiOrder Ubi Cilembu
Call/SMS/WA. 082319517777