Post Anyar

6/recent/ticker-posts

Ubi Cilembu di Supermarket Spesifikasinya Harus Normal

Seperti Kita ketahui bahwa perkembangan perniagaan di Indonesia semakin hari semakin banyak saja mengalami peningkatan. Dari sektor usaha mikro, menengah hingga makro. Tak dapat dipungkiri dengan menjamurnya minimarket dam Mall dimana – mana menjadikan daya beli masyarakat meningkat pesat. Segalanya serba praktis dan serba cepat. Disajikan dengan swalayan, perdagangan terasa lebih cepat tanpa adanya tawar menawar antara si konsumen dengan si penjual. Namun demikian, ada keuntungan pastilah ada juga kerugian. Pasar swalayan dengan skala besar menyediakan aneka kebutuhan rumah tangga dari hal yang kecil hingga ke hal yang besar. Dewasa ini pasar swalayan termasuk minimarket menjajakan barang dagangan secara menarik dan mudah dicari karena telah diklasifikasikan sedemikian rupa. Tidak seperti di pasar tradisional yang jika konsumen menginginkan membeli sesuatu harus berjalan kesana kemari dan disibukan dengan kegiatan tawar menawar.


Dari mulai kebutuhan kamar mandi, makanan ringan, makanan instan hingga kebutuhan lainnya termasuk buah dan sayuran juga pakaian. Semuanya tersedia dan tertata rapi di pasar swalayan. Khusus untuk sayur dan buah, pasar swalayan menyediakannya dalam bentuk dan penampilan yang sangat menarik. Buah dan sayur yang dipajang disana merupakan pilihan yang terbaik.

Tak terkecuali ubi cilembu yang semenjak eksistensinya menjadi salahsatu makanan yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia dan luar negeri. Ubi cilembu di pasar swalayan disajikan dan dipajang sedemikian rupa sehingga menarik dan membuat pengunjung pasar menjadi ingin membelinya. Ubi cilembu yang ada di pasar swalayan didapat dari suplier – suplier lokal. Pihak supermarket/pasar swalayan tersebut menentukan spesifikasi ubi yang mereka minta untuk dijual dan dijajakan di etalase mereka. Spesifikasi ubi untuk pasar swalayan sangatlah “Merugikan” petani ubi cilembu. Permintaan pasar swalayan yang mengharuskan ubi itu mulus dan memiliki bentuk yang beraturan amat sangat tidak menghargai upaya petani sebagai produsen ubi cilembu. Mengapa demikian? Karena, dari sekian banyak hasil panen yang petani hasilkan hanya 30% yang bisa menembus pasar swalayan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :
          Ubi yang diminta oleh supermarket cenderung harus mulus dan memiliki bentuk beraturan.
          Ubi yang kulitnya kehitaman atau hitam tidak masuk kriteria. Padahal justru ubi yang hitam kulitnya yang memiliki rasa yang sangat baik.
      Ubi yang codet atau terkena benda tajam tidak masuk kriteria. Padahal ubi tersebut masih sangat layak konsumsi asalkan tidak ada bekas hama.
          Ubi yang kulitnya lecet tidak masuk kriteria. Padahal kulit tidak berpengaruh terhadap rasa selecet apapun kulit ubi itu.
Dari sekian banyak hasil panen, ubi yang masuk kedalam kriteria yang supermarket inginkan hanya 10-30%. Misalkan hasil panen 1 ton, hanya ada sekitar 100 Kg – 300 Kg ubi yang masuk kriteria. Sedangkan ubi yang sisa sortirannya tetap harus dipasarkan. Meskipun ada alternatif dijual melaui Kios pinggir jalan, namun semakin kesini semakin berkurang saja peminat ubi yang membeli di kios pinggir jalan. Karena mayoritas  masyarakat sekarang lebih memilih berbelanja di supermarket. Solusi atau alternatif lainnya adalah dijual ke pabrik pembuatan tepung ubi, kelebihannya adalah ubi yang mereka butuhkan adalah ubi yang tidak memperdulikan ukuran dan warna kulit. Namun kelemahannya adalah harga beli mereka yang sangat rendah. Bagaimana memecahkannya?

Inti permasalahannya adalah Petani dan pengepu menginginkan ubi yang mereka panen dan kumpulkan dapat masuk 75% - 90% ke pasar swalayan dan pasar ekspor. Adakah yang bisa memberi solusi?

Post a Comment

0 Comments